Koleksi Cerpen | Kumpulan Cerpen | Koleksi Cerpen dan Puisi | Koleksi Cerpen, Puisi dan Syair | Cerpen dan Puisi | Cerpen dan Syair | Puisi dan Syair | Cerpen Islamic | Cerpen Cinta | Cerpen Rindu | Cerpen Sedih | Cerpen Indah | Cerpen Romatis | Puisi Islamic | Puisi Cinta | Puisi Sedih | Puisi Indah | Puisi Rindu | Puisi Romantis | Syair Cinta | Syair Rindu | Syair Sedih | Syair Indah | Syair Romantis | Novel | Cerpen Diary | Puisi Diary | Diary Islam | Diary Cinta | Sedih | Rindu | Romantis | IPTEK | Referensi | Ringkasan atau Resume Islam | Nilai-nilai Agama Islam | Aqidah Islam | Iman | Sejarah Islam | Psikologi | diary4share.blogspot.com

21 Juli 2009

Mawar yang Terbiar…..

21 Juli 2009

Sepenggal Ending…
Kemarin, wanita itu, mawar segar yang mengukir senyum dengan bibirnya yang ranum dan berseri menyambut gemulainya sang fajar, tapi kemarin juga peti kenangan yang tak mungkin kembali. Gigi-gigi takdir telah merenggut pelangi senja yang terbias di hati dua jiwa. Yang tinggal hanyalah…. luka bathin yang tercabik.

Kehidupan sungguh drama menyakitkan bagi sebagian orang. Sebelum Avia sempat menyampaikan berita –yang telah disepakatinya dengan Surya- pada Syakila, mulut-mulut nyinyir yang berbau hasut telah menyiarkan kabar racun yang tidak benar demi kepentingannya sendiri.

“Surya telah mencampakkan kekasihnya lalu pergi untuk menikahi sahabatnya, Avia.”
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

......,,,,,,!!!!!????

Malam terus merayap merentangkan sayap-sayapnya yang semakin tebal. Burung hantu, lagu kematian dan isak tangis semakin berbaur memenuhi sudut-sudut ruangan. Hambar, dingin, tanpa gairah.

Surya Wira bergetar seakan aliran listrik dengan daya besar mengalir di tubuhnya. Dia terperanjat dari lamunan panjang ketika Rany menangis histeris dengan suara melengking yang mengalahkan ayat-ayat do’a.

“Kakaaaak…!!!! Bangun Kaaak!!!!” Rany terus menggoyang-goyangkan tubuh Syakila yang terbaring tak bedaya.
“Kenapa harus rela mengorbankan diri seperti ini? Laki-laki dan temanmu itu memang kejam. Biarkan mereka!”

Ayah Syakila yang duduk di sebelah kanan anaknya hanya diam dengan air mata, menutupi kebenaran yang dia ketahui. Dialah yang telah menciptakan prahara untuk anaknya sendiri yang akibatnya mengusung Syakila ke liang lahat.

Orang-orang melihat Syakila -yang tidak sanggup melepaskan jeratan rantai baja di lehernya, terengah-engah dengan nafas yang semakin tersumbat.

“Rany Adikku, jangan Menangis…! Aku rela takdirNya, biarkan aku kuyup dalam derita ini! Sekali lagi, ceritakan pada semua orang, jika kelaparan siang dan malam, aku tidak akan seperti ini…. Dan, jangan kau ceritakan pada laki-laki itu, aku tetap mencintainya! Biarkan aku menjadi lilin yang membakar diri sendiri...! Kehilangan dan ditinggalkan.”

“Anakuuuu…!!!” Ibunya menangis keras melumuri Syakila yang wajahnya semakin pucat.

Dengan terengah-engah dan air mata yang terus mengalir,
"Bu, ceritakan juga pada Avia, temanku, aku bahagia walau dikhianati. Ceritakan saja, aku seperti ini... hanya karena.... kita tidak sanggup... membayar, obat mujarab"

Gendang kehidupan semakin lamban bertalu.
Ditengah-tengah kesedihan keluarga, orang yang tidak tahu apa-apa dan bermulut nyinyir masih tidak puas melihat Syakila seperti itu, lalu bicara dengan membungkam mulut,

“HeuH, katanya dia itu ikhlas! Lihat saja, Tuhan telah membuktikan keagunganNya dengan menyiksa wanita itu seperti pelacur jalanan. Tubuhnya telah diserahkan pada laki-laki yang meninggalkannya.”

Surya yang menyaksikan semua ini tak kuasa menahan sedih, mata pisau yang tajam seakan mengiris-iris hatinya dan jaringan kaca tipis di matanya itu dibiarkannya meleleh. Hatinya penuh luka melihat tubuh wanita yang dikasihi layaknya pohon kering tanpa kulit menahan badai prahara sendirian.

Syakila membelalak.

Isak tangis semakin pecah ketika angin yang mengalir menggoyangkan pucuk-pucuk cemara berjalan menelusuri lembah-lembah yang dalam lalu membuka halimun baja dan benar-benar merangkum ruh gadis malang itu.

Bersama itu Surya Wira menghamburkan tubuhnya dengan hati yang menjerit dan luka menganga yang terbiar ………

8 komentar:

eNeS mengatakan...

Bisaan... Ternyata sastrawan oge geuning sobat teh, hehe...

rachmat mengatakan...

aya urang sunda oge, punteun atuh kang, yah memang terkadang kita tidak jujur pada diri sendiri sehingga menjadi lilin yang terbakar diri sendiri :)

lina-happy family mengatakan...

Eh, Kang... akhir ceritanya kok sad ending banget... Tapi memang begitulah kehidupan, tidak semua yang kita angankan bisa terwujud...

Andie mengatakan...

eehhhhmmmm....
mo koment apa nih?
mantab aja dah!!!
hehehe :D

eh ya sekalian,
ada yang baru di blogku.
koment yak.

salam perjuangan!!!
KEEP ENTER!!!!!

genial mengatakan...

pemilihan nama tuk tokoh prianya khas banget kang... ciri2 pembaca karya bastian tito.. atawa kisah2 agung sedayu di bukit menoreh dll... mangstabs :thumbsup:

salam hangat ... eee dingin ding pagi2 gni :p saiia bobo duluan iia :) ciao!!!

PS Holic mengatakan...

mampir lg kang sambil clangak clinguk... :(

genial mengatakan...

woww ow owwww dari antah berantah rupanya... bersama keluarga kah?!?!? hhmm...

kebunsaida mengatakan...

woooww... si akang teh sastrawan geuning
sip...
Teruskan .....

Posting Komentar

Terimakasih Atas Kunjungannya...!!! Nice Smiling4U. Thanks!!!