Koleksi Cerpen | Kumpulan Cerpen | Koleksi Cerpen dan Puisi | Koleksi Cerpen, Puisi dan Syair | Cerpen dan Puisi | Cerpen dan Syair | Puisi dan Syair | Cerpen Islamic | Cerpen Cinta | Cerpen Rindu | Cerpen Sedih | Cerpen Indah | Cerpen Romatis | Puisi Islamic | Puisi Cinta | Puisi Sedih | Puisi Indah | Puisi Rindu | Puisi Romantis | Syair Cinta | Syair Rindu | Syair Sedih | Syair Indah | Syair Romantis | Novel | Cerpen Diary | Puisi Diary | Diary Islam | Diary Cinta | Sedih | Rindu | Romantis | IPTEK | Referensi | Ringkasan atau Resume Islam | Nilai-nilai Agama Islam | Aqidah Islam | Iman | Sejarah Islam | Psikologi | diary4share.blogspot.com

14 September 2009

Cerpen Sedih | Mawar Putih - Si Pengantin Jelita

14 September 2009

Bukan karena usia renta
Wajahnya pucat
Tubuhnya meregang
Bukan juga lelah bekerja


Setelah keduanya menjelajahi jiwa masing-masing dan restu kedua belah pihak, hari itu adalah singgasana megah dan dialah raja yang disambut janur kuning juga pesta meriah

Sekarang, dia hanya malam yang terbiar, laki-laki yang ditinggalkan pengantinnya. Terkurung dalam sangkar nestapa antara cinta dan rindu. Di sela-sela benci dan sedih.

Hari ini, mungkin untuk selamanya, malam hening tanpa purnama, tanpa bintag, tanpa cercah harapan. Yang tersisa hanyalah kemarung sepi. Hantu gentayangan seakan muncul di setiap sudut rumah, bahkan selalu mengejar di setiap mimpi buruknya.

Beberapa kali mencoba menemui sang mertua, pengantinnya tetap tidak ditemukan. Entah sembunyi dimana.

Semakin ingat lembar kenangan setelah menduduki tahta rajanya, semakin basah lembah pipi yang sudah pucat itu. Hari demi hari tubuhnya mulai melorot, tak ubahnya bambu kering yang tinggal ranting. Keropos tanpa daun.

Setiap pagi sebelum makan, dia selalu melihat bekas jari-jari pengantinya menempel di setiap piring kaca dan bekas harum bibir pengantinya itu selalu tercium di sekiling gelas minumannya.

Dengan terpejam, lelehan air itu tak bisa disembunyikan ketika muncul konstelasi pengantinnya. Setiap kali ke kamar matanya tak bisa berpaling dari bantal biru yang penuh bunga. Bantal lusuh dimana sebelumnya kepala mereka saling bertemu.
Matanya terus meleleh lagi ketika ingat dirinya yang selalu mengusap rambut panjang pengantinnya itu. Lembut, lembut, dan semakin lembut.

Selama siang, dia juga tak bisa membuang pikiran dari fatamorgana pengantin yang dicintainya, yang sekarang entah kemana, hanya fotonya saja menggantung. Pengantinnya telah pergi tengah malam melewati jendela kamar suaminya dengan rapi tanpa secarikpun kertas. Diam-diam. Menghilang

Di taman kecil depan rumahnya, ketika sore, ketika sang surya menjelang tenggelam… Laki-laki itu, hatinya semakin teriris. Kerikil kaca tajam telah menumpuk memenuhi dadanya. Tapi matanya berusaha menahan bendungan air yang hendak buncah, dan sementara hanya di simpan di tenggorokannya yang terasa beku membatu.

Pengantinnya seakan berjalan mengelilingi taman bunga itu, rambut panjangnya tersingkap desir halus angin, dan leher tingginya yang tampak kuning begitu jelas. Nyata dalam bayangan. Ketika tangannya menggapai melati, tampak jari-jari lentik dengan kukunya yang bening. Sesekali pengantinya melirik, sorot dan mata itu tak bisa dilupakan. Semakin terbayang lenggok pengantinya, seketika ribuan jarum semakin menusuki jantung.

Malam menjelma. Raut pengantinya semakin nyata. Lambaian tangan halusnya semakin kuat. Ya! Dialah pengantin jelita, wanita cantik seperti yang lain, mawar putih bertabur tetes embun yang menggenang di setiap mahkotanya, jika tertiup angin dia menari begitu lembut, indah, auranya sanggup membius dan mengoyak hasrat para jejaka muda, suami-suami kaya, sampai penghuni istana

Sekarang, pengantin wanita itu benar-benar lenyap tanpa suara. Tidak kuat menahan hidup di rumah yang tanpa paviliun, sumpek dengan dapur yang tak jelas. Cinta dan kasih sayang suaminya tidaklah cukup.

Sampailah puncak yang ditakutkan, malam yang selalu bergelantungan hantu-hantu kekar setelah pengantin wanitanya tak kunjung kembali. Malam yang setiap dinding gelapnya telah berubah, menjelma seakan taring runcing yang selalu menusuki pikiran, jantung dan hati.

Buncahlah kristal bening yang selama sore dibendungnya. Tak tertahan. Dibiarkannya mengalir. Pelan. Sedikit, sedikit. Terisak. Terus menerus.

Dengan langkah gemulai, pikiran kacau, dan hati yang pecah, laki-laki itu gontai menuju belakang rumah yang sepi dari semua orang, hanya gemiricik air yang samar di bawah dasar yang dalam diantara runcingnya batu jurang…

Tangan kanannya mulai bergoyang, bergetar, lalu diayunkan kencang dan tangan kiri membungkam erat mulut ketika dengan cepat belati tajam itu menghujam jantungnya.
“Aaaaaaaaah…!!! Dunia hanyalah mawar putih. Pengantin jelita yang menerobos jendela kamar suami setianya”

2 komentar:

J-T mengatakan...

HANYA TES SCRIPT

eko mengatakan...

thaks gan infonya, Sprei

Posting Komentar

Terimakasih Atas Kunjungannya...!!! Nice Smiling4U. Thanks!!!