Banyak “legenda” dan “tradisi” menangis karena sedih, rindu dan cinta ini yang justru harus diabadikan. Semata-mata hanya berusaha membangkitkan gairah, melembutkan nurani dan meredam gelombang hasrat, juga berusaha memupuk “bibit unggul” penyaksian cinta yang telah tumbuh ribuan tahun bahkan sebelum lahir,
“Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi”
Ketika jiwa-jiwa ditanya, “Bukankah Aku ini Tuhanmu?” (QS 7:172)
Jika mengenang Rasulullah SAW, ternyata beliaulah teladan, guru besar sufi, bisnisman, melebihi sastrawan sejati yang banyak dzikir, menangis dan sedih, besar cinta dan rindunya.
Dan jika menelusuri lembaran-lembaran musafir faqir “pendamba cinta dan rindu” mereka juga banyak dzikir, menangis dan sedih karena “kekasihnya”
Lebih dari Legenda dan Tradisi:
Ketika membaca: “Ya Tuhan-ku, sesungguhnya berhala-berhala itu telah menyesatkan kebanyakan daripada manusia, maka barang siapa yang mengikutiku, maka sesungguhnya orang itu termasuk golonganku, dan barang siapa yang mendurhakai aku maka sesungguhnya Engkau, Maha Pengampun lagi Maha Penyayang” (QS 14:36)
Kemudian Rasulullah SAW mengangkat kedua tangannya seraya berdo’a dengan melelehkan airmata kesedihan "Ya Allah, ummatii.... ummatii...." (HR Muslim)
Ketika Rasulullah SAW membaca QS 39:71, menangislah orang-orang anshar, kecuali seorang pemuda yang berusaha menangis tapi tidak keluar airmatanya. Dan berkatalah Rasulullah, “Barang siapa yang menangis tapi tidak keluar airmatanya, maka baginya surga”
Sementara kepada Abu Dzar dan sahabat-sahabat yang lainnya, beliau berkata “Jika tidak bisa menangis, rasakalanlah kesedihan dalam hatimu. Berusahalah menangis karena hati yang keras itu jauh dari Allah”
Ketika meninggalnya Ibrahim, putra Nabi saw, tanpa ratapan beliaupun meneteskan air mata.
Melihat tetesan air mata itu, Abdurahman bin ‘Auf, tercengang dan berkata, ” Engkau juga menangis, wahai Rasul ?” Rasul menjawab, ”Ini adalah rahmat.” Lalu beliau bersabda, “Air mata berlinang, hati terkoyak-koyak kesedihan, namun kami tidak akan berkata kecuali yang diridhai Allah. Wahai anakku Ibrahim, sunggguh kami sedih atas perpisahan ini.”
Ketika Ja’far gugur sebagai syahid dengan tubuh yang tercabik-cabik, Rasulullah memerintahkan, “Buat orang seperti Ja’far hendaklah orang-orang menangis.” Menangis untuk melibatkan diri dalam perjuangan membela kebenaran.
Ketika Sa’ad bin Mua’adz al-Anshari memperlihatkan tangannya yang melepuh karena memecah batu sebagai mata pencahariannya, Nabi saw. meneteskan air matanya. Ia mengambil tangan kasar itu dan menciumnya, seraya berkata, “Inilah tangan yang tidak akan disentuh api neraka.” Nabi menangis karena kepekaannya terhadap penderitaan orang lain
Dari Ibnu Abi Malikah, ia berkata; aku duduk bersama Abdullah bin Amru di atas batu, maka ia berkata:
“Menangislah! Jika tidak bisa berusahalah untuk menangis. Jika kalian mengetahui ilmu yang sebenarnya, niscaya salah seorang dari kalian akan shalat hingga patah punggungnya. Dia ia akan menangis hingga suaranya terputus”
Dari Tsauban ra., ia berkata; Rasulullah Saw bersabda:
“Kebahagiaan bagi orang yang bisa menguasai dirinya, dilapangkan rumahnya, dan dibuat menangis oleh kesalahannya”
Dari Anas ra., ia berkata; Rasulullah Saw pernah berkhutbah dengan khutbah yang selama aku hidup tidak pernah mendengarnya. Rasulullah Saw bersabda:
“Andaikata kalian mengetahui apa-apa yang aku ketahui, maka niscaya kalian akan sedikit tertawa dan banyak menangis. Kemudian sahabat menutupi wajah mereka dan menangis tersedu-sedu.”
Dan, tetesan air mata tak mungkin terbendung kalau kita membaca bagaimana Husen, cucu kinasih Rasulullah, beserta 70 sahabatnya, dibantai di Padang Karbala oleh pasukan Yazid.
Air mata yang meleleh akibat penyesalan atas dosa, takut akan siksaan, atau khawatir akan nasib di hari kemudian, di samping kebahagiaan atas “pertemuan” yang sudah dijanjikan, bukanlah aib.
Dalam dunia tasawwuf, dikenal istilah al-bakka’un yang berarti penangis atau yang suka menangis. Kelompok ini dipelopori oleh Hasan Al-Basri, dimana setiap kali merenungkan ayat-ayat Al-Qur’an mereka menangis tersedu-sedu. Ketika surga disebut, mereka mencucurkan air mata sambil berharap dapat memasukinya, dan ketika neraka disebut mereka menangis takut terjerumus ke dalamnya.
Al-bakka’un, sang penangis ini ditujukan juga untuk para sahabat yang tergabung dalam Pasukan Usra yang sedih karena tidak bisa mendampingi Rasulullah dalam Ekspedisi Tabuk.
Dari Abu Ali Ad-Daqaq, “Nabi Syu’aib a.s pernah menangis sampai buta matanya. Kemudian Allah mengembalikan pandangan matanya, tapi beliau menangis lagi sampai buta matanya, kemudian Allah mengemabalikan lagi pandangan matanya, kemudian beliau menangis lagi sampai buta matanya, lalu Allah mewahyukan kepadanya, “Jika tangisan ini karena surga, telah Aku izinkan surga untukmu. Jika tangisan ini karena takut neraka, maka Aku lindingi dirimu dari neraka.”
Nabi Syu’aib, Nabinya kaum Madyam itu menjawab, “Bukan, tapi tangisan ini karena aku cinta dan rindu kepadaMu. Maka Allah mewahyukan, “Karena itulah Aku menjadikanmu Nabi-Ku dan KalimKu (Orang yang diberi kesempatan berbicara dengan Allah secara langsung) selama puluhan tahun.
Sementara kisah Rabi'ah: Aku menangis selama sepuluh tahun terhadap Allah, dan sepuluh tahun lagi dengan Allah dan sepuluh tahun lagi kepada Allah. Maka tangisan yang dengan Allah itu karena mengharapkanNya. Dan tangisan itu karena takut kepadaNya. Semua tangisan itu juga karena rinduku kepadaNya
Dan masih banyak lagi….
Apapun alasannya… itu, indah…!!! Gratis lagi...!!!
NB: “Kekasih” yang dicintai, yang membuat semakin rindu, tangis, sedih, bukanlah berhala yang menyesatkan. Semoga tangisan ini bukan hanya penipuan.
Menangislah, semoga bisa melembutkan hati untuk menerima petunjuk kebenaran. Tangisan juga bisa menunjukan kasih sayang pada sesama manusia dan kepekaan terhadap penderitaan orang lain.
Teruslah berusaha melanjutkan “Legenda dan Tradisi” menangis dan sedih karena rindu dan cinta ini walau terus muncul “kekasih-kekasih” lain yang semakin lenggak-lenggok, menari indah.
01 November 2009
Legenda dan Tradisi | Menangis, yuk…!!!
Menangis karena sedih, rindu, dan cinta bukanlah hal tabu yang harus disembunyikan apalagi di kubur dalam-dalam selama semuanya bukan ratapan. Menangis bukanlah lambang keputus-asaan.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
22 komentar:
Benar sobat. Kadang ada anggapan bahwa jika laki-laki menangis menunjukkan kecengengan. Justru sebaliknya. Laki-laki yang menangis adalah laki-laki yang punya nurani. Nabi dan para shahabatpun sering menangis, bahkan terhadap kebobrokan moral yang ada di depan matanya.
Bukan begitu sob?
Bener sob...menangislah..maka dengan menangis...agak berkurang beban yang terasa berat di hati...jangan menahan tangis karena itu akan membuat bertambah sakitnya hati
Terima kasih...n met malam sobat
Ahh kwan yang penting janganlah kau menangis karena harta sobat,ngga ada yang melarang kita menangis sebagai wujud pelampiasan semata.Nice posting kawan.
Salam Damai Indonesia
Indo15 With Acatrazz.blogspot.com
P E A C E
woo.. menangis kadang2 juga dibutuhkan untuk kesehatan mata..
kenapa harus malu menangis.. itu wajar kok.. :)
menangis boleh tp jangan terlalu larut dalam kesedihan
menangis boleh kan kag....
cmn biar sedikit lega dan berkurang bebannya meski cmn dikit,...
keep posting!!!
Hidup tanpa menangis tidak akan sehat ,karena akan mengendap dijantung dan akhirnya akan terjadi kerusakan jantung,itu menurut ahli lho ...tapi ada betulnya juga..lagian susah amat buat nangis ya kang ..kata kang jt juga gratis ini ya hihihi...
Menangislah ..gratis kok hehe
Menangis adalah manusiawi. Kita diberi air mata, salah satunya untuk menangis. Kita diberi emosi, salah satunya untuk menangis. Menangis juga perlu, untuk belajar....
Kang, artikelna alus pisan. Menangis itu tanda kita peka dan punya hati... Menangis itu karena kita bahagia, menangis itu melepaskan beban dari kesedihan... Menangis itu baik untuk kesehatan mata...
salam sobat
ayo menangis,,ngga papa,,
bukan karena sedih saja kok,,
bahagiapun bisa menangis,,juga.
masih banyak dosa, mau nangis susah.
mengdingan menangis dari pada hura2,tawa2, yg gak ada gunanya,,,,
mungkin dengan menangis kita bisa lebih mengenal tuhan kita (allah swt)
hu ..hu.. aku menagis ter haru membaca artikel mu sobat...
ihh, menangis sering diibarakan dengan __> Cengeng,
lha, apa benar?
tapi saya kira setiap manusia kadang memang butuh menangis jika sedang menghadapi kesedihan, itu akan membuat hati sedikit merasa lebih lega
janganlah kamu malu untuk menangis, jangan di pendam, itu malah akan membuat goresan luka dihati yang tak kan sembuh2
ingin kumenangis, saat dia meremukkan hatikuw,, adow, suakit sekaleee
Kini saatnya menghapus air mata, mari menatap ke depan :-)
Ditunggu sharing barunya, Mas...
Sukses selalu..
menangis itu adalah obat segala masalah. justru jangan di salah tafsir kerana manfaatnya serta kesan kepada individiu.
menangislah karena penyesalan atas dosa yang pernah kita berbuat
kalo aku sangat sulit untuk menangis, kenapa yaa??
Menurut Imam Al Gazali, apabila seorang hamba menangis dalam kesendirian kerena kerinduan atau ketakutan kepada Allah Azza Wa Jalla, maka bulu matanya-pun akan diharamkan dimakan api neraka...
thanx postingan ini membuka hati kita untuk selalu rindu dan takut semata-mata kepadaNya
Posting Komentar
Terimakasih Atas Kunjungannya...!!! Nice Smiling4U. Thanks!!!