“Pasti asyik…, walau seorang miskin dan tidak ada anak tetanga yang mau di nikahi, mudah-mudahan saja di surga di beri hadiah bidadari hitam manis, dahinya tinggi, bagian atas matanya berwarna merah, dan bagian bawah matanya berwarna biru. HmHh” Pikir Salman mulai menerawang dengan mengingat yang akan diberikan Allah kepada Umar ra.
Dengan matanya yang menyipit, alisnya sedikit diangkat ke atas, walau semula ingin berteriak akhirnya Salman hanya berguman,
“Kemana ya jalan ke surga… ???!!!????”
Kemarin, Salman hanya duduk di balik jeruji jendela kamarnya dengan segala kontraksi saraf yang penuh friksi. Sekarang dia melangkahkan kakinya hanya untuk satu tujuan yang selalu terngiang dan terbayang di benaknya. Gerbang Surga.
Hari pertama, selepas shalat jum’at dia langsung menemui Sang Guru dan menanyakan apa yang ingin dicarinya. Sang Guru pun langsung memberi petunjuk,
“Nanti, sekitar 1/3 malam bangunlah dan pergilah ke gubuk itu lalu temui Dia…!!!!”
Tengah malam berlalu begitu cepat dan Salman mulai meluncur menuju gubuk sebelah barat rumahnya yang jaraknya sekitar 1,2 Km. Setelah shalat 11 rakat dan menambahkan bumbu dengan mengangkat kedua tangan, menangis lirih, tersedu-sedu, akhirnya dia pulang.
Sesampainya di rumah, dengan tubuh yang rebah di ranjang, “Weleh-weleh…, kok balik lagi. Bukannya ke surga…???? Jangan-jangan guru itu bohong. Rupayanya dia tidak tahu jalan ke sana. Hugh!!!”
----------------------------------------------------------
Besoknya, karena merasa dibohongi Sang Guru, Salman betekad pergi dari kampungnya
“Kalau begitu, aku harus pergi kemanapun asal bisa menemukan surga itu”
Dalam perjalanan, setelah kakinya penat dan duduk bingung di tepi teras mesjid yang cukup besar, dia bertemu seorang Bapak yang ramah.
“Mau kemana, nak?? Keluar kota ya…???”
“Kok Bapak tahu?”
“HemmHemmH, itu ranselnya besar sekali di tambah tas yang kamu gendong itu kayaknya penuh”
“Oohh. Sebetulnya bukan ke luar kota tapi tidak tahu juga, harus kemana?? Semua ini hanya bekal, jangan-jangan tempat yang di cari masih jauh dan entah kapan sampainya. Setiap kali bertanya tempat itu, semua orang menjawab masih jauh bahkan amat jauh. Karenanya hampir putus asa dan tidak percaya tempat itu ada” Dengan muka lusuh Salman curhat dan menceritakan semuanya.
“Jangan kabur dari rumah!!! Itu tidak baik. Bagaimanapun kalau orang tua kita marah, jangan dianggap serius.”
“Bukan kabur, Pak!!! Aku pamit pada kedua orang tua, bahkan tetangga. Memang lagi mencari tempat itu” Secepat angin Salman menyanggah salah sangka orang itu.
“HmmmHHmmM. Oh!!! Memangnya apa tempat itu…???”
“Surga.”
“Surga…!!!???”
“Betul, Pak, surga.”
“….,,,,,!!!!???...”
Setelah Bapak yang ramah itu termenung, dia bicara dengan hati-hati, “Kalau memang mau ke sana, tinggalkan saja ransel dan tas itu!!! Bawa saja ini dan amalkan!!!” Dengan memberikan Al-Quran kecil seperti buku saku, orang itu menunjukan kemana jalan ke surga. Sekarang dahi Salman rapat berkerut dan menatap tajam laki-laki itu
“Oh iya, biasakan juga puasa daud atau senin-kamis juga tidak apa-apa!”
Dengan mulut yang terbungkam, harapan salman terbuka lebar, “Apa betul semua itu jalan pintas ke surga??? Coba sja….”
--------------------------------------------------------------------
Hari demi hari terus berlalu. Semua orang yang ditemui selalu menunjukan jalan yang berbeda tapi Salman belum sampai tujuan.
“Kapan sampainya…, Apa surga itu SANGAT jauh???”
Segumpal tanya, putus asa, dan cemas semakin membeku.
Saat-saat kalut seperti ini, Salman bertemu lagi orang yang lebih tua dan lebih ramah dari orang sebelumnya tapi sedikit muda dari Sang Guru: Mr. X
Setelah Mr. X bicara panjang lebar dan Salman merasa akrab dengannya, lalu Mr. X bicara dengan tenang, sopan dan penuh kelembutan ditambah wibawa, “Semua petunjuk dan ajaran yang telah kamu terima itu belum sempurna untuk sampai ke surga…”
Mr. X melihat binar mata Salman mulai cerah dengan senyum yang tersimpul di sudut bibirnya,
“Untuk mencapai Jannatun Na’im… Tinggalkan orang tua, anak, istri. Semuanya…!!!!”
Tanpa menhiraukan raut muka Salman yang begitu saja berubah,
“Simpan pecimu…!!!”
“Buka bajumu… !!!”
“Celana itu juga…!!!”
“Pakailah KAFAN!!!”
“Jangan lupa naik KERANDA!”
09 Agustus 2009
Gerbang Surga (Hidup Menunggu Mati)
Dari hari ke hari sudah berapa juta byte informasi yang telah diterima tentang SURGA dari mulai luas, kenikmatan, keindahan dan penghuninya yang penuh bidadari dan perawan yang tak pernah tua.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
14 komentar:
Ibadah bukan karena SURGA ataupun BIDADARI... PISSSS
salam sobat,,memang bekal kita untuk kembali kehadapan ALLAH SWT hanya amal dan ibadah saja ,,selain itu , semua ditinggalkan begitu saja.
benar sobat,,kita semua hidup, kemudian menunggu antrian masuk pintu gerbang kematian.
Artikelnya sangat bermakna. Kita semua memang pasti mati, karena itu hendaknya kita mengisi hidup ini dengan sebaik2nya ibadah. Kalau saya sendiri masih harus banyak memperbaiki diri, terima kasih ya Kang sudah mengingatkan.
Assalamualaikum,.....
Keempatsssssss......
"Orang yang Cerdas adalah orang yang banyak mengingat mati"
Lebih banyaklah mengupas tentang kematian....
biar kita lebih cerdas mengkalkulasi amal dan perbuatan
teruskan sahabat ........
Orientasi surga adalah awal yang baik .......
selamat menuju gerbang surga.....
Mantap sob, sangat menyentuh..
surga bukanlah tujuan kita hidup
bener gag sii...?!!??!
yg membuat surgalah tujuan kita hidup saat ini :)
@Nura: Betul, semoga kita bisa meningkatkan amal ibadah kita
@Lina@happy family:CEU, apalagi saye blm berbuat apa2 dlm hidup ini, dengan jatah umur yg masih tersisa semoga kita bisa terus memperbaiki diri. aamiin.
@Kebun Saida: Siap Kang..., mari kita bisa saling mendukung untuk menyampaikan walaupun satu ayat
@Digital life: Mudah2an ada yg bisa diambil hikmahnya
@Genial: SETUJU GEEEEN, kita beribadah bukan karena MAKHLUK, bukan karena SURGA ataupun BIDADARI apalagi IPRIT (:D), mari awali niat kita: LILLAHITA'ALA.
Nice Similing4All
ya sobat.....kita harus selalu ingat akan akhirat...mumpung masih muda nih....harus mulai dipupuk sejak dini...
aku merinding juga bacanya sob, membayangkan kain kafan dan keranda. padahal selama ini aku belum mengumpulkan bekal yang cukup tuk pergi ke tempat yang amat sangat-sangat jauh tersebut. pencerahan yang berguna.
iprit..?!??!?! wkwkwkkwkwkwkkwkw... tanduknya mantep itu kang si iprit... apalagi matanya.. wuihhh :D:D:D
Ada kehidupan pasti ada kematian....
Siap untuk hidup,berarti siap pula untuk mati...
Thanks sobat artikelnya bagus
Tanpa menhiraukan raut muka Salman yang begitu saja berubah,
“Simpan pecimu…!!!”
“Buka bajumu… !!!”
“Celana itu juga…!!!”
“Pakailah KAFAN!!!”
“Jangan lupa naik KERANDA!”
hehehe mantab bos.......
kematian memang awal dari kehidupan baru yang abadi
salam knal n hangat
joni
Sesungguhnya, semua ini telah kuperhatikan, semua ini telah kuperiksa, yakni bahwa orang-orang yang benar dan orang-orang yang berhikmat dan perbuatan-perbuatan mereka, baik kasih maupun kebencian, ada di tangan Allah; manusia tidak mengetahui apapun yang dihadapinya.
Segala sesuatu sama bagi sekalian; nasib orang sama: baik orang yang benar maupun orang yang fasik, orang yang baik maupun orang yang jahat, orang yang tahir maupun orang yang najis, orang yang mempersembahkan korban maupun yang tidak mempersembahkan korban. Sebagaimana orang yang baik, begitu pula orang yang berdosa; sebagaimana orang yang bersumpah, begitu pula orang yang takut untuk bersumpah.
Inilah yang celaka dalam segala sesuatu yang terjadi di bawah matahari; nasib semua orang sama. Hati anak-anak manusiapun penuh dengan kejahatan, dan kebebalan ada dalam hati mereka seumur hidup, dan kemudian mereka menuju alam orang mati.
Tetapi siapa yang termasuk orang hidup mempunyai harapan, karena anjing yang hidup lebih baik dari pada singa yang mati.
Karena orang-orang yang hidup tahu bahwa mereka akan mati, tetapi orang yang mati tak tahu apa-apa, tak ada upah lagi bagi mereka, bahkan kenangan kepada mereka sudah lenyap.
Baik kasih mereka, maupun kebencian dan kecemburuan mereka sudah lama hilang, dan untuk selama-lamanya tak ada lagi bahagian mereka dalam segala sesuatu yang terjadi di bawah matahari.
Mari, makanlah rotimu dengan sukaria, dan minumlah anggurmu dengan hati yang senang, karena Allah sudah lama berkenan akan perbuatanmu.
Biarlah selalu putih pakaianmu dan jangan tidak ada minyak di atas kepalamu.
Nikmatilah hidup dengan isteri yang kaukasihi seumur hidupmu yang sia-sia, yang dikaruniakan TUHAN kepadamu di bawah matahari, karena itulah bahagianmu dalam hidup dan dalam usaha yang engkau lakukan dengan jerih payah di bawah matahari.
Segala sesuatu yang dijumpai tanganmu untuk dikerjakan, kerjakanlah itu sekuat tenaga, karena tak ada pekerjaan, pertimbangan, pengetahuan dan hikmat dalam dunia orang mati, ke mana engkau akan pergi.
Lagi aku melihat di bawah matahari bahwa kemenangan perlombaan bukan untuk yang cepat, dan keunggulan perjuangan bukan untuk yang kuat, juga roti bukan untuk yang berhikmat, kekayaan bukan untuk yang cerdas, dan karunia bukan untuk yang cerdik cendekia, karena waktu dan nasib dialami mereka semua.
Karena manusia tidak mengetahui waktunya. Seperti ikan yang tertangkap dalam jala yang mencelakakan, dan seperti burung yang tertangkap dalam jerat, begitulah anak-anak manusia terjerat pada waktu yang malang, kalau hal itu menimpa mereka secara tiba-tiba.
Posting Komentar
Terimakasih Atas Kunjungannya...!!! Nice Smiling4U. Thanks!!!