Koleksi Cerpen | Kumpulan Cerpen | Koleksi Cerpen dan Puisi | Koleksi Cerpen, Puisi dan Syair | Cerpen dan Puisi | Cerpen dan Syair | Puisi dan Syair | Cerpen Islamic | Cerpen Cinta | Cerpen Rindu | Cerpen Sedih | Cerpen Indah | Cerpen Romatis | Puisi Islamic | Puisi Cinta | Puisi Sedih | Puisi Indah | Puisi Rindu | Puisi Romantis | Syair Cinta | Syair Rindu | Syair Sedih | Syair Indah | Syair Romantis | Novel | Cerpen Diary | Puisi Diary | Diary Islam | Diary Cinta | Sedih | Rindu | Romantis | IPTEK | Referensi | Ringkasan atau Resume Islam | Nilai-nilai Agama Islam | Aqidah Islam | Iman | Sejarah Islam | Psikologi | diary4share.blogspot.com

30 Juni 2009

Ranjang Pengantin Wanita (1)

30 Juni 2009

Semua karya GIBRAN dikemas dengan gaya bahasa yang indah dengan makna yang dalam dan penuh kiasan. Biasanya untuk menemukan keindahan maknanya diperlukan frekuensi otak yang relax. Untuk itu Duduklah dengan santai, relax-kan semua indera, taruh telapak tangan di atas lutut dengan menghap ke atas. Sekarang tutup mata, hiruplah udara segar pelan-pelan dan dalam, tahan-tahan-tahan lalu... HuuuuuuhhHHHhhhHH, buanglah segala beban berat yang ada di hati dan pikiran kita. Buanglah semua rasa kecewa, putus asa, iri, dendam dan..... Gooo...

Ranjang Pengantin Wanita


Peristiwa ini terjadi di utara Lebanon selama pertengahan kedua abad 19. Aku telah diberitahu tentang kisah ini oleh seorang wanita yang dapat dipercaya yang berkaitan dengan salah seorang dalam kisah ini.

Pengantin Pria dan pengantin wanita meninggalkan desa bersama tamu-tamu yang berbahagia yang mengikuti dibelakangnya, dan pembawa obor berjalan di depannya. Disekeliling mereka lelaki-lelaki muda dan gadis-gadis menyanyikan lagu gembira.
Prosesi itu terjadi di rumah pengantin pria, dan sekarang dihiasi dengan perabot mahal, makanan-makan mewah dan tanaman-tanaman yang wangi. Pasangan itu duduk di atas kursi empuk yang tinggi, tamu-tamu duduk di atas karpet sutera dan kursi-kursi beludru, yang menempati ruangan luas itu. Para pelayan sibuk dengan anggur dan dentingan cangkir bercampur teriakan-teriakan gembira. Para pemusik datang dan menempatkan diri, memabukkan orang dengan suara magis dan mengisi hati dengan melodi-melodi yang digetarkan oleh senandung dawai-dawai kecapi dari nafas-nafas para lelaki dan getaran gendang.


Lalu para gadis berdiri dan menari. Tubuhnya bergoyang seiring dengan musik seperti cabang-cabang pohon yang ramping bergoyang bersama hembusan angin sepoi-sepoi. Lipatan-lipatan roh mereka yang halus bergerak seperti mega-mega putih desentuh cahaya rembulan. Semua mata menatap mereka dan semua kepala menengok untuk menyaksikan. Jiwa-jiwa lelaki muda memeluk mereka, dan kecantikan mereka menjatuhkan hati para lelaki tua. Lalu semua orang berbalik untuk minta tambahan minuman, dan gairah mereka tenggelam dalam anggur.

Mereka semakin gelisah dan suaranya semakin keras. Kebebasan merajai dan kehormatan lenyap. Pikiran-pikiran kaca, jiwa-jiwa terbakar, hati-hati gelisah. Seluruh rumah dan semua yang ada di dalamnya menjadi seperti sebuah gitar, dawai-dawainya patah dan dipetik dengan keras oleh iblis perempuan. Nyanyiannya begelombang antara selaras dan sumbang. Disinilan seorang pemuda membuka rahasia cintanya pada seorang gadis, tertarik dan bangga dengan kecantikannya. Di sana seorang pemuda merangkai kata-kata manis dan bayangan-bayangan kokoh dalam pikirannya seperti menyiapkan pembicaraan pada seorang gadis cantik. Seorang lelaki setengah umur menghabiskan cangkir demi cangkir dan sekali lagi minta pemusik untuk memainkan lagu-lagu yang mengingatkan masa mudanya. Di sudut ini, seorang wanita menatap seorang laki-laki, namun dia tampak mencintai yang lainnya. Di sudut itu, seorang wanita putih rambutnya karena tergilas umur tersenyum pada gadis-gadis, mencoba memilih untuk pasangan anak laki-laki satu-satunya. Berdiri di samping jendela itu, seorang isteri yang suaminya mabuk, menemukan kesempatan untuk bersama kekasihnya. Semuanya tenggelam dalam lautan anggur dan cumbuan-cumbuan, menyerah pada luapan kegembiaraan dan kesenangan, melupakan peristiwa-peristiwa kemarin, melarikan diri dari kekusahan, mencurahkan semuanya untuk memanfaatkan saat-saat sekarang ini.

Pengantin wanita yang cantik dengan mata sedih seperti seorang tahanan yang putus asa menatap dinding hitam selnya. Pemuda dua puluh tahunan duduk di sana, sendiri diantara orang-orang yang berbahagia, seekor burung yang luka terpisah dari kawanannya. Lengannya terlipat ke dadanya seolah-olah menjaga hatinya agar tidak terbang. Dia menatap sesuatu yang ghaib dalam udara ruangan, seolah-olah kediriannya telah lepas dari tubuhnya yang nyata dan membumbung ke angkasa bersama hantu-hantu malam.....


0 komentar:

Posting Komentar

Terimakasih Atas Kunjungannya...!!! Nice Smiling4U. Thanks!!!